Mencari Referensi-Referensi Yang Relevan
Nama : Raihan Al Fandi
NPM : 202246500759
Kelas : R3J
Mata Kuliah : Filsafat Seni
Dosen : Dr.Sn.Angga Kusuma Dawami M,Sn
Perbandingan 30 Jurnal
1. EMOSI ESTETIS PADA LUKISAN “IBU DAN ANAK” KARYA BASOEKI ABDULLAH
Objek : Lukisan Ibu dan anak
Penulis : Nadia Firda Habibah
Teori/ pendekatan : Clive Bell Significant form
dimana teori tersebut ini menimbulkan emosi estetis yang mengacu pada kemanusiaan dan cinta kasih sayang seorang ibu yang menyimbolkan kasih sayang dan perjuangan seorang ibu terhadap anaknya tanpa pilih kasih dan juga berani berkorban demi kebahagiaan sang anak dengan menopang beban di punggungnya tanpa sang anak ketahui.
Analisis :
Jurnal ini di fokuskan untuk meneliti bagaimana lukisan Ibu dan Anak ini dapat menghasilkan sebuah emosi estetis kepada orang-orang yang melihatnya, dengan menggunakan teori significant form. Seperti beberapa unsur lain yang terdapat pada lukisan ini seperti unsur garis, tekstur, dan warna yang memiliki bentuk makna yang mengdeksprisikan perasaan dan emosi estetis yang mengacu pada kemanusiaan dan cinta kasih sayang seorang ibu yang di analisis melalui pendekatan Teori Kritik Clive Bell (significant form).
Kesimpilan :
Peneliti melakukan penelitian terhadap emosi estetis yang di timbulkan oleh lukisan Ibu dan anak dengan menggunakan pendekatan Teori Kritik Clive Bell (significant form). Seperti menjelaskan tentang emosi estetis yang di timbulkan oleh unsur-unsur seni rupa yang terdapat pada lukisan tersebut, seperti unsur garis, tekstur, dan warna secara jelas.
Sebenarnya karya tulis yang ingin saya buat itu hampir sama dengan isi dari jurnal ini, yaitu membahas tentang sebuah emosi estetis, tetapi denga objek yang berbeda yaitu lukisan The Nightmare karya Henry Fuseli. Tetapi di dalam karya tulis saya, saya tidak hanya akan membahas tentang emosi estetis yang di timbulkan oleh lukisan The Nightmare, tapi juga membahas tentang apa itu Romantisme yang menjadi aliran dari lukisan ini.
2. SENI LUKIS VISUAL KORAN KARYA BUDI “UBRUX” HARYONO
Objek : Seni lukis visual koran
Penulis : Muhammad Maliek Poerba Nirwana
Teori/ pendekatan : Clive Bell
Analisis :
Realisme sosial merupakan ide dasar Budi “Ubrux” Haryono di dalam menciptakan karya seni lukis. Karya seni lukis Budi “Ubrux” Haryono menekankan kepada tema yang berkaitan dengan kehidupan sosial, politik, budaya yang merefleksikan segala lapisan kehidupan masyarakat, semua merupakan bagian dari latar belakang dan pengalaman nyata kehidupan Budi “Ubrux” Haryono. Seiring berjalannya waktu di sini beliau mulai melakukan inovasi tidak hanya bentuk tetapi juga masalah tema salah satunya yaitu mengkritisi fenomena yang terjadi di sekitarnya, berkaitan dengan dampak arus globalisasi informasi, hal tersebut merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Budi “Ubrux” Haryono kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif.
Kesimpulan :
Dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa penelitian ini mengenai keberadaan seni lukis Budi “Ubrux” Haryono dari awal hingga seni lukis visual koran, adalah bagian dari perjalanan sejarah seniman dalam melakukan eksplorasi bentuk dan teknis. Dalam menciptakan karya seni lukis visual koran beliau menggunakan teknis realis dengan berbagai macam tahapan dalam setiap pengerjaannya. Dan juga menjelaskan karya-karya lukisan Budi secara rinci menggunakan pendekatan teori bentuk Clive Bell.
Sedangkan karya tulis saya yang meneliti lukisan The Nightmare berfokus pada bagaimana sebuah emosi visual itu dapat di timbulkan dan menjelakan tentang apa itu Romantisme yang tidak hanya dari sudut pandang sebagai aliran seni, namun menjelaskan Romantisme secara luas dan jelas.
3. Self Healing dari Trauma Masa Lalu dalam Karya Seni Lukis Abstrak
Objek : Lukisan Mix Media
Penulis : Rizka Azizah Hayati
Teori/ pendekatan : Teori Sigmund Freud
Analisis :
Manusia sering kali menolak emosi negatif, sebagai bentuk pertahanan diri yang berpengaruh negatif kepada alam bawah sadarnya. Pada beberapa kasus, hal ini bisa menyebabkan trauma dan self healing sangat penting untuk memperbaiki hal-hal yang belum terselesaikan itu, agar bisa berdamai dengan masa lalu untuk hidup yang lebih baik. maka dari pada penelitian ini membahas tentang karya seni abstrak yang di buat dengan tujuan untuk menyembuhkan diri dari taruma masa lalu.
Kesimpulan :
Secara garis besar Jurnal ini menjelaskan tentang teori kecemasan yang di kemukakan oleh Freud, dan Penciptaan ini dilatar belakangi oleh sebuah ide dan gagasan mengenaitrauma masa kecil dan dampaknya sampai sekarang kepada fisik dan mental yang masuk ke dalam alam bawah sadar. Upaya katarsis dari Sigmund Freud digunakan perupa dengan mix media disertai dengan pemaknaan-pemaknaan ulang dari rekaman-rekaman jejak ingatan yang ingin dibagikan kepada audiens.
Sedangkan artiket yang ingin buat menggunakan teori pendekatan clive bell dengan lukisan The Nightmare sebagai objeknya. Yang berarti membahasa tentang emosi estetis yang di rasakan pada saat melihat lukisan tersebut dan juga menjabarkan apa itu romasntisme secara luas.
4. REPRESENTASI AKTIVITAS PEREMPUAN MINANGKABAU “MANUMBUAK PADI” DALAM KARYA LUKIS EVELYNA DIANITA
Objek : Lukisan Manumbuak Padi
Penulis : Nani Dian Sari, Asril Muchtar, Yuniarti Munaf
Teori/ pendekatan : Significant form Clive Bell, Teori Representatif
Analisis :
Lukisan Menumbuak Padi ini di buat berdasarkan kegelisahan Evelyna terhadap kebiasaan aktivitas menumbuk padi dengan cara tradisional di masyarakat Minangkabau sudah mulai memudar karena digantikan oleh teknologi canggih seperti heler. Perasaan tersebut terlihat pada pemaknaan simbol warna langit yang dihadirkan Evelyna dalam karyanya. Kerjasama dalam aktivitas sehari-hari yang dilakukan perempuan Minangkabau mulai terkikis dengan hadirnya teknologi.
Kesimpulan :
Artikel ini bertujuan untuk membahas karya Evelyna yang berjudul “Manumbuak Padi” dari sudut pandang semiotik. dan Artikel ini juga membahas secara rincin tentang sang pelukis Evelyna Dianita yang sangat nekankan representasi dari aktifitas aktifitas ke dalam karyanya.
bebeda artikel yang saya ingin buat tentang lukisan lukisan The Nightmare yang lebih menekankan emosi visual yang di hasilkan dan penjabaran tentang romantisme itu sendiri dan tidak membahas secara detai pelukisnya.
5. TINJAUAN PSIKOANALISIS KARYA SENI “THE SCREAM” DAN “LESDEMOISELLES D’AVIGNON”
Objek : Lukisan The Scream & Les Demoiselles d'Avignon
Penulis : Najmaira Farhani
Teori/ pendekatan : Teori Psikoanalisis
Analisis :
Lukisan “The Scream” (jeritan) karya seniman Norwegia Edvard Munch pada tahun 1893dengan menggunakan media pastel. Beberapa pengamat dan kritikus seni melihat lukisan inisebagai ekspresi dari pengalaman batin yang menakutkan. dan ukisan Les Demoiselles d’Avignon yang dilukis pada tahun 1907 olehPablo Picasso dan merupakan contoh paling terkenal dari lukisan dengan aliran kubisme. Dalamlukisan ini, Picasso meninggalkan semua bentuk dan representasi seni tradisional yang dikenal.Dalam lukisan ini, kehadiran wajah-wajah yang terdistorsi dan tubuh-tubuh yang disusun secaratidak konvensional
Kesimpulan :
Artikel ini membahas tentang teori psikoanalisis memberikan wawasan yang lebih dalam terhadap aspek psikodinamik, emosional, dan bawah sadar yang tercermin dalam karyaseni "The Scream" oleh Edvard Munch dan "Les Demoiselles d'Avignon" oleh PabloPicasso. Dalam kedua karya tersebut, teori psikoanalisis memungkinkanuntuk melihat melampaui ekspresi permukaan dan memahami makna yang tersembunyi di balik simbol, bentuk, dan komposisi. Kedua karya ini mengilustrasikan bagaimana teori psikoanalisis memandang seni sebagai jendela ke dalam pikiran bawah sadar dan emosiyang tak terungkapkan.
sedangkan artikel yang ingin saya buat itu membahas tentang lukisan terkenal The Nightmare yang lebih memiliki kesan mistis, misterius dan menakutkan bagi yang melihatnya. dengan menggunakan teori dari Clive Bell artikel saya akan membahas tentang emosi estetis yang muncul, makna-makna yang terdapat pada lukisan ini dan penjabaran secara luas tentang apa itu romantisme.
6. EKSPRESI KREATIFITAS FRANSICO JOSE de GOYA y LUCIENTES
Objek : Lukisan-Lukisan Goya
Penulis : Rizki Kurniawan
Teori/ pendekatan : Teori estetika Benedetto Croce
Analisis :
Goya adalah pelukis Spanyol yang hidup pada jaman romantis, Ia dianggap sebagai seniman old master terakhir dan juga termasuk seniman modern pertama. Unsur-unsur dalam karya seninya yang bersifat subversif dan subjektif, juga keahliannya dalam teknik melukis, menjadikan karyanya sebagai acuan bagi seniman generasi selanjutnya seperti Manet dan Picasso. Goya adalah orang yang menderita ketulian dan itu sangat berpengaruh terhadap karya-karyanya, dan Goya tidak hanya terjebak oleh kemapanannya sebagai pelukis istana, tetapi juga bertransformasi dari pelukis potret menjadi pelukis subversif sesuai dengan situasi sosial yang terjadi pada saat itu. Goya selalu selalu berusaha menantang kreativitasnya dengan mencoba mengangkat tema-tema yang tidak biasa dan kontroversial yang terkadang bertentangan dengan otoritas istana dan gereja.
Kesimpulan :
Artikel ini sangat memfokuskan membahas Goya dan karya-karya lukisannya yang penuh dengan kontroversial dan apa adanya pada masanya secara rinci. dan dengan dipengaruhi oleh keterbatasan fisiknya yang sudah tuli sehingga dia berusaha menerjemahkan apa yang dilihatnya dengan lebih dihayati dengan sangat dalam. dan dapat dikaitkan Ekspresi Kreatif Goya ini juga dapat dihubungkan dengan Teori Estetika Croce yang menekankan pentingnya intuisi.
Sedangkan artikel yang akan saya buat itu memfokuskan pembahsannya terhadap emosi yang di hasilkan ketika melihat lukisan The Nightmare dan makna yang terkandung didalamnya. serta mendefinisikan Romantisme secara luas.
7. ANALISIS NILAI SENI PADA LUKISAN PENANGKAPAN PANGERAN DIPONEGORO KARYA RADEN SALEH
Objek : Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro
Penulis : Nasywa Budi Khoirunnisa, Daffa Mahadika Pratama, Thomas Kurniawan Sukma Jati
Teori/ pendekatan : Teori Estetika & Representasi
Analisis :
Lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro” yang dibuat oleh Raden Saleh pada tahun 1857 adalah karya seni yang penting dalam sejarah Indonesia. Melalui lukisan ini, Raden Saleh berhasil menggambarkan momen penangkapan dengan detail dan ekspresi yang mengesankan. Lukisan ini menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan dan semangat perjuangan untuk meraih kemerdekaan. Nilai estetika yang tinggi dan kontribusi Raden Saleh sebagai pelukis terbesar Indonesia juga memperkuat keberhasilan karya ini. dan Hasil analisis terhadap lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh membuktikan bahwa nilai seni mempengaruhi nilai estetika dari seni. Kriteria dari nilai keindahan antara lain adalah kepaduan (unity), keselarasan (harmony), keseimbangan (balance), kekontrasan (contrast), dan variasi (variation). Kelima faktor tersebut yang menentukan apakah lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh memiliki nilai seni yang tinggi atau tidak. Walaupun penilaian seni kebanyakan bersifat subjektif, kelima faktor tersebut tetap harus ditentukan untuk menghargai dan mengapresiasi sebuah seni. Dalam lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh, terdapat nilai-nilai seni yang berusaha disampaikan oleh pencipta seni.
Kesimpulan :
Artikel ini membahas tentang nilai seni yang ada di dalam lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro, seperti nilai estetika/ keindahan, kognitif, instrumental, sejarah dan kehidupan. dan juga artikel ini menjelaskan tentan makna dari beberapa unsur seni yang ada apada lukisan penangkapan pengeran di ponegoro ini seperti warna, garis, titik, bentuk, tekstur, dan ruang. Unsur-unsur tersebut termasuk pada nilai intrinsik sebuah lukisan.
Artikel yang ingin saya buat bisa di bilang cukup bertentantan, karena yang akan saya bahas dalam artikel saya bukanlah nilai-nilai seni yang terdapat pada lukisan The Nightmare, tetapi perasaan estetis dan penjabaran makna dan menjelaskan romantisme secara luas.
8. ANALISIS KARYA SENI LUKIS YASRUL SAMI
Objek : tiga karya yang respesentatif karya Yasrul Sami yaitu Wajah Negeri, Detak, & Artefak Negeri
Penulis : Prety Chia &Nessya Fitryona
Teori/ pendekatan : Teori sosiologi yang dikemukakan oleh Vera L. Zolberg & Teori kritik seni yang dipelopori oleh Edmund Burke Feldman
Analisis :
Yasrul Sami Batubara atau yang akrab dipanggil “Ucok” merupakan anak dari Bapak Yazidal Bustami Hasyim dan Ibu Syafinar. Pria kelahiran 8 Agustus 1969 di Rao, Pasaman ini adalah seorang seniman dan sekaligus seorang dosen. Panggilan Ucok sudah melekat pada dirinya dari lahir. Dan Yasrul Sami merupakan salah seorang seniman Sumatera Barat yang konsisten dengan karyanya beraliran abstrak ekspresionisme. Karyanya cukup unik dengan menampilkan elemen yang tidak biasa, seperti huruf dan angka yang simbolik. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana perjalanan karya Yasrul Sami dan ciri khas dari karya lukisnya.
Kesimpulan :
Artikel ini membahas tentan perjalanan kekaryaan Yasrul Sami dari ia kecil, dan juga menganalisis tiga lukisan yang representatis karya Yasrul Sami yang berjudul Wajah negeri, Detak, dan Artefak Negeri. Lalu Teori sosiologi oleh Vera L. Zolberg menjadi acuan utama dalam perjalanan berkarya Yasrul Sami dikarenakan dalam proses kehidupan seseorang tak terlepas dari kehidupan pergaulannya dengan masyarakat. dan juga menjelaskan tentan ciri khas dari Yasrul Sami yang suka menggunakan simbol angka dan huruf.
Berbeda dengan lukisan Yasrul Sami yang beraliran abstrak ekspresionisme, lukisan yang menjadi objek pada artikel saya adalah Lukisan The Nightmare karya Henry Fuseli yang beraliran romantisme, dengan cirikhas menggunakan warna-warna gothiknya.
9. NILAI ESTETIKA DALAM LUKISAN ABSTRAK KARYA AFFANDI
Objek : Karya-karya lukisan Affandi
Penulis : SUFIYATUL AMINAH
Teori/ pendekatan : Teori Estetika
Analisis :
Affandi adalah seorang pelukis ekspresionis yang berkarya dengan mengekspresikan perasaannya maupun pesan kepada masyarakat melalui karyanya. Nilai-nilai estetika yang terkandung dalam lukisan Affandi dapat dilihat dari berbagai sisi. dan Karya Affandi lebih banyak menggunakan aliran ekspresionis atau abstrak, sehingga seringkali lukisannya sangat sulit dimengerti oleh orang lain terutama oleh orang yang awam tentang dunia seni lukis, jika tanpa penjelasannya. Akan tetapi tidak bagi para pecinta lukisan, hal seperti inilah yang mampu menambah daya tariknya.
Kesimpulan :
Di dalam artikel ini yang menjadi titik fukus pembahsannya adalah bagaimana gambaran umum tentang nilai estetika terhadap lukisan abstrak karya Affandi. Karna karya Affandi lebih banyak menggunakan aliran ekspresionis atau abstrak, sehingga seringkali lukisannya sangat sulit dimengerti oleh orang lain, maka dari itu artikel ini bertujuan untuk mengiterpretasikan makna dan nilai estetika dari karya-karya lukisan abstrak Affandi.
Sedangkan artikel yang saya akan buat itu membahas tentang lukisan The Nightmare karya Henry Fuseli yang menggunakan aliran romantisme dalam karya ini. dan juga artikel saya ini di fokuskan untuk menjelaskan parasaan estetis dan makna yang terkandung di dalam objek-objek yang ada pada lukisan The Nightmare ini.
10. ESTETIKA MONROE BARDSLEY, SEBUAH PENDEKATAN ANALISIS INTERPRETASI TERHADAP LUKISAN YUNIS MULER
Objek : lukisan kaligrafi yang berjudul kekuasaan Allah
Penulis : Mukhsin Patriansah & Didiek Prasetya
Teori/ pendekatan : pendekatan estetika Monroe Bardsley
Analisis :
Karya seni adalah bahasa simbol yang ingin menyampaikan suatu pesan kepada masyarakat penikmatnya. Karya seni lukisan kaligrafi Yunis Muler merupakan representasi terhadap suatu kejadian dalam surat Al Fill yang terdapat di bagian bawah dari lukisan ini. Surat Al Fill merupakan salah satu surat yang terdapat dalam Al-Qur’an. Al Fiil (bahasa Arab), jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya ‘gajah’. Surat ini terdiri dari 5 ayat dan termasuk ke dalam golongan surat Makkiyah.
Kesimpulan :
Artikel penelitian ini bertujuan untuk melihat aspek-aspek estetika dalam wujud visual dan simbol dari lukisan kaligrafi Yunis Muler yang merupakan representasi terhadap suatu persoalan yang tengah terjadi. Secara keseluruhan lukisan kaligrafi Yunis Muler digarap dengan penuh intensitas dan sangat memperhatikan prinsip-prinsip kesatuan.
Sedangkan Artikel yang ingin saya buat itu hanya menjelaskan makna representasi dari objek yang tedapat pada lukisan the Nightmare, yaitu menggambarkan suatu mimpi buruk menggunakan sebuah objek pada lukisan tersebut.